~Ummu Hurairah~
Minggu yang cerah di aula serbaguna masjid habiburrahman.
Menikmati kegiatan positif bersama ana-anak wilayah bandung barat 1,2,3, timur,
kota, selatan 1,selatan 2 mendapatkan energy yang besar, tentang menjadi
seorang pemimpi, dengan segala potensi yang sudah Allah kasih, dengan memacu
diri agar bangun dan melejitkan potensi, mengembalikan kepercayaan diri dengan
kemampuan yang dimiliki, dan menjadikan segala kekurangan sebagai cambuk untuk
melangkah lebih baik lagi. Ya hari itu semangatku terbakar, terbakar dan
membakar semua ketidakpercayaan diri menjadi keyakinan yang besar pada Allah
SWT.
Manusia itu dituntut untuk terus berikhtiar, dan biar Alllah
yang menilai kerja kerja kita, karena kita tidak dintuntut untuk sukses, tapi ikhtiar , ikhtiar dan ikhtiar.
Yah hari itu aku tersulut untuk terus berjuang menghadapi
segala tantangan, tetap semangat menggapai cita-cita. Tapi dalam kobaran
semangat itu ada yang mengalihkan sejenak pikiranku.
Hari itu aku duduk paling belakang, mendengarkan materi
qur’ani, dan tak lama mataku tertuju pada 2 kakak mentor yang sedang menuntun
salah satu anas. Anas itu duduk tak jauh dari tempat dudukku. Kedua kaka mentor pun itu berlalu
meninggalkan anas itu duduk, dan mataku masih mengamati anas itu. Anas itu
mengeluarkan majalah.
“majalah? Lagi materi gini ngeluarin majlah buat apa?”
ujarku dalam hati. Diapun mengeluarkan penggaris dengan banyak lubang, dan
sebatang penusuk.ternyata anak itu hendak menulis apa yang ia dengar, dengan
majalah dan penggaris itu. Terhenyak.
Kesempatan itu ternyata tidak hanya dimiliki oleh orang yang
semurna secara fisik, tapi juga untuk mereka yang Allah beri ujian lewat
ketidaksempurnaan itu. Baginya kekurangan itu bukanlah sekat untuk ia bisa
belajar dan memahami kehidupan ini.
Pertemuan itu tak hanya sekali dengannya, namun berkali
kali, dan aku melihat orang-orang disekelilingnya tulus membantunya.
Dalam satu kesempatan lain saat saya satu kelompok dengannya
dalam inspiring came, saya menemukan ada orang yang tak suka padanya, hebatnya
dia teka pernah marah, dan tetap tersenyum dan berbaik sangka padahal barang
kali jika aku jadi dia aku akan minder dengan perlakuan tersebut, tapi nyatanya
hebatnya anak ini adalah tetap menghadapi kepahitan itu dengan senyum dan sabar.
Luar biasa.
Bukanlah mata itu yang buta, tapi itu yang buta. Maka gadis
ini bisa melihat dunia mata hatinya J
No comments:
Post a Comment
tulis komen mu disini ya