“Brrrrrrrrrrrrrrrr….ihhhhhhh”
Rasa dingin yang menusuk tulang, saat selimut jauh darinya ,
maka sesosok tubuh tua rentalah yang menguatkan diri untuk menopang tulang
tulang ini untuk tetap berdiri dalam dingin, dalam pagi buta menggoes sepeda
ontel, dengan sekarung tomat.
“Semangatttttttt” terhembus asap putih dari mulutnya, karena
dinginnya pukul 2 subuh, kakinya semakin kencang menggoes untuk mengurangi rasa
dingin yang makin menjadi jadi.
Si kurus kering ini terus begini setiap pagi, nampaknya dingin
yang menusuk bak teman pagi menemaninya berjualan tomat di pasar gunung
puntang. Keheningan perjalanan itu pun nampaknya bak kawan lama.
BUKKKKKK…….
“astaga…astagfirulllah..nyeriiiiii” seseorang menepuk pundak Andi
kencang, saat ia sedang cepat cepatnya menembus kegelapan kampung pasir kaliki,
sebuah senyum tersungging manis diantara cahaya rembulan yang menerangi
jalanan.
“he…..”senyuman tanpa gigi kumplit
“wah si abah ning, euleuh eta nepok kuatka tarik, lain ku
reuwashna, eta nyerina kacida da, tanaga kuda nepok na ge hehehehe”
ujar Andi yang menyeimbangkan diri bersepeda dengan abah oki
“heheh hampuranya jang…abah semangat teuing, ningali pemuda
ayeuna masih aya nu jiga kamu di”3 ujar si abah dengan sepeda ontel
yang nggak kalah tua dengan punya Andi, namun sekarang kol nampaknya lebih
berat dari sekarung tomat miliknya, tapi semangatnya luar biasa.
Barang kali memang yang memilih hidup seperti dia hanya dia
di kampung ini. Harus bangun pukul satu subuh, menyiapkan barang dagangan, saat
dingin dinginnya gunung, saat pemuda lain lelap dalam buai mimpi di balik
selimut hangat, namun bagi Andi penghangat semangat adalah tomat tomat yang
bisa dijual habis, untuk makan seminggu ke depan. Senyuman demi senyuman , kala
getir kehidupan menuntut keras tulang tulang nya yang tipis berselimut daging.
Kalau bukan karena ia melihat neneknya yang tua renta, ibu yang ke arab tanpa
kabar, bapak yang tega meninggalkannya, dan Allah sebagai satu satunya tempat
menggantung kepedihan hati, ia pancangkan sekuat kuatnya kelemahan hati
padaNya.
“jang kumaha emah?” Tanya abah tentang nenek Andi yang
kabarnya kemarin jatuh di dekat sumur.
“oh muhun bah , sakinten , kamari mah tos tiasa deui jalan,
nya mung kitu weh kedah lalauanan”
“ehmmm..alhamdulillahnya….”
“ai kamu sakola keneh ndi…”
“insya Allah bah, pan hasil jualan dinten ieu , kanggo bayar
SPP, du’a na weh bah”
“ hee siplah….kudu
sumangetnya…”
“muhun bah…”
Keramaian pasar, mulai terdengar, deru mobil , motor
pegangkut barang sudah terdengar dari jarak 10 meter, ramainya ibu ibu yang sedang menyiapkan
dagangannya. Andi semakin semangat untuk segera menjual tomat tomatnya yang
segar di pasar, belum lah sampai ke depan pintu gerbang, deru motor keras
dengan tawa yang membuat meringis yang mendengar datang dengan kecepatan tak terbatas, kilatan
pedang menyambar roda sepeda Andi..Tawa keras menghambur dan semerbak bau
alcohol menyeruakkkk. Asap motor mengepul mengelilingi dia
"Huahahahhaha " tawa itu menghilang bersama bau Alkohol.
Cesssssss
“Allohu rabbi…” Andi
hilang keseimbangan menahan sepedanya yang berat membawa sekarung tomat.tak tahu bahwa ban sepedanya di sayat samurai
“WOYYYY….kurang ajar budak tehhhhh….”abah oki teriak pada
geng motor, mengumpat keras diantara keheningan, panic menguasai dia, saat
melihat Andi yang mulai tak sanggup menahan berat.
“ya allah…..”
Brukkkkkk..
Prakkkk….singgggg suara
roda yang terus berputar
Andi terjatuh
menghantam batu, kepalanya mulai mengeluarkan darah, semua tomat berhamburan ke
jalan.
“innalillahi ujang……..”abah melepar sepedanya, segera
menyelamatkan Andi, tak memeperdulikan kol kol segarnya turut terhambur dari
sepeda.
Dirangkulnya Andi, di lihatnya, darah mengucur dari
keningnya, memerahi baju abah, dan terlebih yang membuat kagetnya bukan
kepalang, kaki Andi yang kanan berputar terbelit dalam sepeda.
Tak tahan haru melihat Andi yang sekarat, abah oki menitikan
air mata,
“ya Allah….selamatkan anak ini yang sholeh ini, selamatkan
ia ya allah “
“Andi….gugah kasep, ieu abah….” Abah oki mencoba mencari
tahu apa Andi masih bisa sadar
“abah,,,,,nyeriii bah….esshhh”Andi meringis kesakitan
“Andi nggak kuat abah , ini sakit sekali” air matanya
lumer..
“ya allah…” abah menangis , tak sanggup melihat keadaan Andi
“laillahaa illalahu , muhammadarasulullah…”
Itulah kalimat terakhir dari Andi. Tak lama banyak penduduk
yang lalu lalang, mereka semua kaget saat tahu bahwa itu adalah Andi
“Masya Allah….” Pak lurah yang saat itu hendak ke pasar
mengantarkan istrinya lewat melihat , dan kerumunan orang mulai membantu untuk
memindahkan tubuh Andi ke bak terbuka, milik Haji Romli, bekas mengangkut
sayuran..
Tak henti satu demi satu menitikan air mata, penduduk yang mengenalnya menyaksikan cara
kepergian pemuda yang ramah, sholeh , baik ini harus begini.
Dalam bak terbuka diantara jenazah Andi, terhambur air mata
, doa dan pilu..
Adzan shubuh pun
menggema….
Hilang sudah sapaan hangat pada ibu-ibu pedagang di pasar,
hilang sudah pemuda teladan yang setiap
subuh rela menggoes dengan membawa berat beban sekarung tomat, walau demikian
sedikit sekali Andi mengeluh
Allah…
Jadikan aku pemuda yang kau cintai
Keridoanmu adalah semangatku untuk terus bertahan
Menggoes sepeda menjual karuniamu yang kau beri
Walau perih karena lelah
Walau letih karena sedih
Tetap aku bertahan demi nenekku
Dan penantianku menatap wajah hangat ibu
Allah
Kuatkan kakiku menopang hidup ini
kuatkan Tulangku ini untuk mendulang cintaMu tanpa batas
Ikutan nangis baca do'a penutup..
ReplyDeletemakasihh...aku aja yang nulis mau nangis kebawa suasana saat menulis
ReplyDeletesubhanallah...semoga kita bisa mengambil hikmahnya...
ReplyDeleteya semoga ..meski cerpen tapi ya bisa jdi pelajaran...doakan aku mau buat buku nihhh
ReplyDeleteMasyaAllah...
ReplyDeletemembuat diri berkaca, betapa kurang maksimalnya usaha yg ditempuh untuk mendekat kepadaNya,
`ah, Firdaus masihlah cita2 itu...
semngat menulis
ReplyDeleteaamiin mas firdaus jadi cita cita..barang kali saya mengajak orang lewat tulisan
ReplyDelete