~Ummu Hurairah~
Saatnya kita merasakan betapa beruntungnya kita. Melalui kisah
ini kita akan belajar bersyukur dan malu.
Saat itu penulis masih diamanahkan untuk menjadi mentor di
Bandung Barat 2. Tempat yang jauhhhhh sekali dari domisiliku selama kuliah
jatinangor. Jarak itu ditempuh dalam waktu 5 jam lebih pulang pergi dengan
kecepetan motor nyaris diatas 60 km/jam. Jarak yang jauh kadang membuat serasa
nafas tertahan , karena harus menopang tubuh rapuh ini. namun mental yang besar
untuk panggilan mujahidah itu serasa jadi penguat agar langkah ini tidak
terhenti begitu saja. Pekerjaan mulia saat kita berbagi dengan orang lain, kaum
dhuafa, saudara muslim kita. Maka dari itu energy itu tidak habis begitu saja
saat sampai disitu. Energy itu akan terisi saat berjumpa dengan anak asuh yang
semangat untuk menimba ilmu dalam lingkaran kecil yang disebut mentoring.
Hari itu ada mentoring gabungan, seperti biasa . rasa suka
menyeruak diruangan. Rasa suka yang mencuat dari seringai manis wajah-wajah
mungil adik adik asuhku. Rasa senang yang sama saat aku berjumpa dengan teman seperjuangan, yang
mereka pun harus menempuh jarak yang tak sedikit.
Selepas materi disela-sela
jam makan, seorang anak asuh memanggilku. Dengan wajah ceria seperti
biasanya dia merajuk .
“teteh aku mau cerita tapi hanya kita berdua” ujarnya dengan
menampilkan wajah yang amat ceria
“baiklah apa yang ingin kamu ceritakan”
“eh teh tapi tidak disini”
“oke deh, ntar smsan aza” jawabku. Ia pun hendak pamit pergi
melambaikan tangannya. Hilang perlahan dari balik pintu masjid tanpa aku tahu
bahwa nanti aku akan meleleh karena ceritanya.
Aku pun pulang dalam suasana yang lebam karena kantuk yang
menyerang. Masya Allah selalu begini , sedikit-sedikit berhenti karena harus
membiarkan rasa kantuk itu lari dari mataku, dan rasa segar kembali memanjakan
mataku dan siap untuk melanjutkan perjalanan.
Malam pun menjemput siang yang kemudian pergi berganti menjadi
langit yang sendu kelabu gelap yang memanjakan tubuh untuk terlelap.
Tiba tiba pesan masuk melalui hp.
“Assalamu’alaikum…teteh aku mau cerita “
“iya silakan “
“ teteh, tadi itu akua mau cerita ini teteh, tapi aku nggak
bisa takut nangis didepan yang lain”
“emang kenapa?”
“Teteh aku mengirim sms ini dalam keadaan tersenyum loh ya teh.
Begini ceritanya , tadi itu teh sebelum datang mentoring gabungan aku sempat
kebingungan , bagaimana aku bisa berangkat, sedang tak ada uang untuk ongkos,
aku tak bisa meminta uang pada ibu yangs edang sakit, akhirnya aku mencari
pekerjaan pagi hari buta, mengetok setiap rumah dan mencari tahu apa ada
pekerjaan untukku”
Ya Allah aku
merasakan bulu kuduk merinding setengah mati, dan air mata pun mulai berkubang.
“iya teh terus aku nggak dapat, tapi aku terus berusaha
samapai akhirnya dapat pekerjaan, membungkus kerupuk dan dapat 10.000 tepat
cukup buat ongkos pulang pergi”
"Masya Allah deh perjuanganmu tidak akan sia-sia, Allah
sayang sekali sama kamu, makanya ujianmu pun luar biasa. Semangat kamu terus di
sayang Allah. Sabar lah tempuh ujian “
“iya teteh”
Sms itu berakhir
Masih kita mengeluh dengan kekurangan kita. Mau ini itu
tinggal minta ibu dan bapak kita?? Masih merengek kah kamu??? Malu kah kamu
pada anak asuh yang hebat ini???
Lihatlah dan syukuri atas mudahnya kamu dalam mendapat A, B,
C dan D. … dan kamu masih sedikit bersyukur. ( masya Allah………)
Semoga kepingan cerita ini bisa menggugah hati hati kita.
Aamiin.
Anak asuh ini mengarjakan pada kita semangat berjuang, semangat menimba ilmu, semangat untuk tidak menjadi beban yang lain. Semangat yang tidak putus hingga saat ini.
Anak asuh ini mengarjakan pada kita semangat berjuang, semangat menimba ilmu, semangat untuk tidak menjadi beban yang lain. Semangat yang tidak putus hingga saat ini.
No comments:
Post a Comment
tulis komen mu disini ya