10/29/2010

Selayang Pandang Amanah


Tak akan aku bertanya
Mengapa harus terjadi
Karena aku yakini
tak ada beban tanpa pundak
kau uji aku
karenaku bisa melewatinya
ini yang terbaik bagi hidupku
semua hanya ujian
( nasyid by tiar)


Berbagai status begitu banyak melekat dalam hidupku, seiring waktu yang terlewati, status status itu meminta banyak hal padaku, ntah  itu tanggung jawab, komitmen, disiplin, teliti dan tentunya pengorbanan yang tak sedikit, kini usiaku bertambah dan menuntut aku semakin bijak memilih, semakin selektif memilih, dan tentu itu adalah sarana pendewasaanku sendiri.
Status itu adalah amanat ynag dipercayakan  Allah padaku, apakah aku bisa amanat dengan amanah yang ada, ataukah lalai?. 
“ Sesungguhnya kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung: tetapi semuanya  enggan memikul  amanat itu dan mereka khawatir  tidak akan melaksanakannya(berat), lalu dipikullah  amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan bodoh”(  al-Ahzab ayat 72)
Amanat itu bukan sebuah kebanggaan namun sebuah tanggung jawab nan besar yang harus dibawa, amanat itu akan dimintai pertanggungjawabannya, dilihat sejauh mana amanat itu dibawa, dan dilakukan. Seiring berjalannya waktu tersadar bahwa amanat itu adalah titipan yang Allah berikan, untuk mengetahui bagaimana diri kita bisa menjalankan amanat itu, akankah itu membuat sombong, ataukah membuat diri lupa diri, semakin jauh, atau membuat kita makin bertaqarub, itu pilihan mutlak yang harus diambil.
“Kemudian  kami jadikan  kamu sebagai  pengganti-pengganti(mereka ) di bumi setelah  mereka, untuk melihat bagaimana mereka berbuat” ( Yunus : 14)
Ayat selanjutnya membuat hati ini bergetar
Bukankah Dia ( Allah) yang memeperkenankan ( do’a) orang yang dalam kesulitan  apabila  dia berdo’a kepadaNya ,  dan menghilangkan  kesusahan dan menjadikan kamu (manusia ) sebagai khalifah  ( pemimpin) di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan lain? Sedikit sekali nikmat yang kamu ingat.( An-Naml : 27)
Amanat itu datang bukan untuk menjerumuskan namun untuk menempa , meningkatkan kredibiltas kita, menjadi orang –orang terpilih, dan menjadi orang yang terbaik yang pantas raih predikat manusia bertakwa. Amanah sendiri tidak jatuh pada orang yang salah, jika amanah jatuh pada orang yang salah, maka amanah itu hanya akan menghinakan dirinya, amanah itu datang bukan atas dasar kemauan kita, tapi Allahlah mengamanahi kita, segala sesuatu bukan datang begitu saja, namun segala sesuatu datang atas seizin allah. Jika amanat itu datang tanpa keinginan kita , maka ambillah insya Allah dalam tuntunan Allah, namun jika amanah itu diminta maka berhati-hatilah.  Kita juga dilain pihak dituntut profesional tidak asal menerima , idealis keluar tanpa di imbangi dengan realitas yang ada, artinya kita nerima –nerima saja tanpa mengukur diri, sanggupkah kita mengambil amanah itu.

Tulisan ini saya angkat, mengingat saya sendiri sedang berusaha memenej diri dengan amanah yang ada, bagaimana membagi waktu , ruang pikiran, tenaga dan tentunya biaya untuk amanah- amanah yang ada. Ntah itu amanah dari orang tua, amanah kampus, maupun yayasan. Beruntungnya aku karena menjadi bagian penggerak peradaban,  meski aku bukan sang pionir yang diharapkan, tapi langkahku tak gamang untuk itu. Aku usahakan yang terbaik , meski tekadang penilaian itu pada akhirnya akan kembali pada sang pemberi amanah.
Amanah-amanah yang ada menempaku untuk bisa menjadi yang militansi , memiliki etos kerja yang tinggi, mengenalkan aku banyak hal, membuka pintu silaturahmi seluas-luasnya, menempa aku untuk bisa mendewasakan diri, amanah itu sarana bagiku menganal sang khalik tentunya, membuka khasanah intelektual, dan ladang pahala untuku, jika saja saya bisa ikhlas.
Amanah membuat aku mengeluarkan segenap potensi diri, yang terus tertempa, menuntut aku menjadi bagian yang komitmen, disiplin, tanggung jawab, namun aku hanya manusia bodoh dan lemah , yang tak mampu aku berjalan sendiri, maka tiadalah yang mampu menolong selain dia yang mampu menguatkan aku, berjalan menelusuri satu demi satu amanah ini, yang tak sedikit yang harus dikorbankan, tapi tak sedikit pula balasan yang aku harapkan dari sang Khalik.
Membawa amanah ini dengan baik adalah harapan besar yang ingin saya lakukan, tapi sayangnya tak selamanya jalan itu akan sealalu lurus dan mulus, ada lubang tanjakan dan belokan yang tajam. Seperti itulah dalam perjalananya senantiasa aku temui kesulitan. Tapi tak selamanya juga kesulitan itu akan hadir, pasti ada 2 kemudahan yang mengiringi.
Semoga kita bisa menjadi bagian yang amanah dengan amanat yang ada. Menjadi yang istiqomah.
Aamiin….


Biarkan aku malam
Menangis di sepanjang sholatku
Karena hanya allah  yang bisa
 membuat aku tegar menjalani semua ini
Biarkan aku malam
Bersimbaran rahmat ampunanNya
Badai pun pasti berlalu
Menguji imanku
Aku serahkan pada ilahi
( nasyid by tiar)



~AkuInginMenangisTapiSulitSekali~
Rahayu sedang intropeksi diri
Pagi di rumah tercinta
 22111431

Menulis dengan Hati







Sang Pionir Mimpi


Mimpi….
Mimpi itu adalah sebuah lukisan asa
Torehan energi dalam masa
Mimpi itu bagian dari perjalanan hidup
Berakhir menjadi jejak masa lalu
mimpi adalah harapan yang terbingkai
mimpi adalah pelecut emosi
penggerak pionir yang terkubur dalam ilusi
mimpi adalah harga mati yang tak terbeli
mimpi itu adalah hasratku  untuk berlari
mimpi adalah jiwaku yang hidup
mimpiku bukan angan tak bertepi
mimpiku bukan bayangan  di sore hari
mimpiku adalah mentari di pagi hari
mimpiku adalah menembus cakarwala
ku bawa kemanapun aku pergi
yang ku lihat setiap mulai diri terpuruk
ku bagikan setiap kusinggah
disebagian kisah hidupku
ku ajak kau untuk bermimpi bersamaku
tak sekedar jadi sang pemimpi
tapi jadi pionir penuh energi bersama mimpi
menggelar semangat di setiap detik kehidupan
mengibarkan jiwa penuh asa
bersama mimpi aku disini
menapaki jalan kehidupan ini


~malam saat aku sadar bahwa aku bukan siapa-siapa~
Rahayu mengenal jejak lewat mimpi
Malam sabtu
22 Okt 2010

10/13/2010

ketikaBahasaKalbuTakTerwakilkan


Sekuat dan semampu aku melangkah

Aku tak berhak atas kepongahan

Tak ada tempat untuk kelelahan bersua

Yang ada hening yang tak bergeming

Tak diberi kesempatan untuk berlemah diri

Menoleh kembali pada pengembaraan lalu

Jejak itu telah jadi saksi

Yang tersisa adalah saat ini

Bukan diam terpaku mematung

Tapi mengusung pionir pilihan

Menyusun biduk-biduk di setiap penjuru

Aku bukan siapa-siapa

Dan bukan hendak berpongah

Tapi aku ingin jadi bagian yang paling diharapkan

Jadi yang tak dikenal

Dan berbekas meninggalkan keharuman jejak

DiBumi pilihan

~KetikaBahasaKalbuTakTerwakili~

Rahayu

Menjelajah segenap penjuru asa

Malam terakhir di bulan syawal