Siang begitulah menjelang, saat mentari tegak memanas diatas
ubun ubun, saat air bergerak ikhlas menyentuh langit, serta merta membentuk
butiran dingin yang disebut awan. Angin sejuk menari syahdu dari bukit ke
hilir, menyapa setiap jalanan yang ia lewati, hingga dedaunan bergoyang, air
berombak, roma rupa yang menawan dari alam yang berkilau dengan keelokkan.
Senja pun menyapa tak pernah bosan memperlihatkan warnanya
yang membuat takzim mata mata yang masih terjaga oleh aktivitas dunia, mata
yang mulai lelah dengan apa –apa yang nampak, mata yang lelah kepayahan tanpa
air mata muhasabah.
Aira terkapar lelah di atas kasur keras yang ia dapati dari
ibu kosan, semilir angin dingin masuk lewat sela-sela pintu,Jendela, jadi tak usah repot ia memasang kipas untuk
menyibak keringatnya yang bercucuran menyusuri badannya.
Tuk tuk…tuk…tuk…
“masuk saja dis”teriak aira membuka sepatunya dengan hak 10
cm ini, sambil terbaring dan menyimpannya disamping meja
“ada apa dis?” Tanya penasaran, melihat dis membawa
bungkusan berwarna hitam ,dan kertas kecil
“ini ada kiriman dari jawa, kayanya dari keluargamu”
Aira meraih bungkusan dan kertas kecil
Dibukanya kertas kecil, yang terlipat rapih dalam amplop
berwarna krem.
Aira penasaran, ia membuka kertas ternyata isinya surat, dan
ia buka plastic hitam yang berisi kotak , terbungkus rapih dengan kertas batik.
Ternyata sebuah dus sepatu, namun nampaknya bukan sepatu, karena bentuk dusnya
sudah lusuh, mungkin ini tempatnya saja. Dibukanya dus kecil itu, hati aira
terhenyak dalam, melihat isi bungkusan yang ia lihat, hatinya bak teriris
sembilu, menusuk perlahan namun pilu yang terus menerus menyeruak lorong
nurani, hingga buliran pilu itu pun jatuh membasahi pipinya yang putih terpoles bedak tebal
Bismilahirrahmanirrahim….
Salam rindu,
Untuk anakku aira
Ndok, apakabarmu disana? Apa kau
sehat? Ibu selalu doakan untukkmu agar senantiasa gusti allah memberikan
kesehatan sama kamu, ibu selalu berdoa untuk buah hati ibu semuanya agar Allah
senantiasa melindungi.
Tetesan pilu itu berubah menjadi rindu, rindu yang
terpisahkan oleh keadaan pahit, kenyataan yang harus di telan mentah dalam
dalam. Rindu yang dibentengi oleh keadaan yang tak bisa ia pungkiri. Rindu yang
pilu. Rindu yang tak terbantahkan nurani
“aira sehat bu, aira rindu ibu” ujar aira sambil meneteskan
air mata.
Ndok, ibu sangat
merindukanmu, adik-adikmu juga sangat rindu padamu. Kapan kamu akan pulang
ndok, ibu tidak bisa pergi kemana mana , kapan kau selesaikan studimu? Ibu
bahkan tak bisa beranjak dari tempat tidur, ibu seperti engkau dulu kini,
terbaring bak anak kecil, jika bukan karena adik-adikmu yang sholeh dan
sholehah yang merawat ibu, ibu tak mungkin
sanggup. Ibu pun masih berharap bisa segera jumpa denganmu.
“ada apa denganmu ibu?”rasa penasaran tentang keadaan ibunya,
membuat gelagat jiwanya tak tenang bukan kepalang, tangis air matanya makin
deras membasahi pipinya, hampir 5 tahun aira tidak pulang, dan tak member kabar
apa pun, hanya mengirimkan uang bulanan untuk sekolah adiknya, selama itu pula
ia kuliah di jurusan bahasa.
Aira anakku yang
sholehah, ibu bangga padamu, Karen aku membantu adik-adikmu untuk menyelesaikan
sekolahnya di pesantren, dan kini ia sudah menjadi pengajar disekolahnya. Dan
si kecil pun sedang sekolah dipesantren tempat kau dulu belajar, alhamdulillah
berkat restu allah dia mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi ke timur
tengah. Betapa bangga ibu pada kalian. Dan maafkan ibu nak, ibu sangat sedih
kau harus berjuang demi ibu, yang tua renta ini, dan adik-adikmu disini. Ibu
yakin perjuanganmu disana dalam studi dan karir pun lancar. Jagalah dirimu,
kehormatanmu, shalatmu. Dan ingatlah kesenangan dan kesedihan yang dihadapi
dimana pun kamu berada semuanya itu adalah ujian yang harus kamu lalui.
Berlindunglah pada Allah sesungguhnya dunia dan akhirat ada dalam genggamanNya.
Anakku, aira, waktu
itu kau sempat bilang mengingkan gamis warna merah marun, ibu buatkan ini.
sebenarnya ibu sangat ingin melihat kau mengenakan ini dalam wisudamu.semoga
kau suka Tapi nampaknya ibu tidak bisa menghadiri, karena ibu sudah bisa
beranjak dari tempat tidur, waktu itu ibu tertimpa mesin jahit hingga kaki ibu
patah . doa ibu selalu menyertaimu nak, ibu sayang padamu . segeralah pulang.
Salam
rindu,
Dari
Ibumu
Pecahlah rongga rindu, bersama kepedihan hati, haru dan
inginya menghambur dlam pelukan ibu yang tak sampai. Dipeluknya gamis yang
dipegang.
“maafkan aira ibuuuu” dalam larut kesedihan,wajahnya basah
oleh rasa bersalah, hatinya patah oleh lembutnya doa dan cinta ibu. Remuk
harapan saat ia mentap dirinya dulu dan saat ini, gadis terbalut pakaina
muslimah, senyum yang terjaga mata yang terjaga, sirna terpukau dengan gemerlap
dunia yang hanya sesaat, telah tertanggal kehormatannya oleh buaian perhiasan
dan permainan dunia yang sesaat. Pakaian itu
pun berganti dengan balutan tak sempurna, hingga aurat terumbar menjadi
pilihan hidup, terjual murah dan menjadi lusuh tak berharga.