3/12/2011

Selembut Maafmu Ibu

Sebuah bantingan keras menggaung dirumah. Waktu menunjukan pukul 02.00 subuh, dengan sempoyongan karena menahan sakit aku masuki rrumah, ibuku yang mengenakan mukena putihnya menghampiriku, sambil menangis.
“ dari mana na??ibu khawatir jam 2 subuh begini baru pulang”
“ahh berisik bu saya sangat mengantuk dan ingin tidur”sergahku melepaskan tangan ibu diwajahkku. Ia menangis dan aku sangat tak perduli.aku banting pintu tepat di depan muka ibu.aku mendengarkan ibuku menangis dan berdoa pada allah agar aku dibukakan pintu hidayah. Aku yang setengah sadar dan pusing segera ambruk dikasur, dalam kamar yang gelap, dan suara tangis ibu pun sayup sayup hilang dan aku pun terlelap.
Pagi menjelang , dan aku bergegas ke kampus, aku lihat aku akan terlambat, aku segera ke dapur dan menghampiri meja  makan ,aku lihat ada nasi goreng dan sepucuk pesan .
Dra ibu mau ke rumah bu’de mu, mu pinjam uang untuk bayar semesteranmu, ibu lihat di kamarmu sudah dua semesterkan lum dibayar ndo?. Jadi itu sudah buatkan nasi goreng mungkin nanti malam ibu baru pulang.

Terkenang masa lalu yang indah, saat aku pulang sekolah , beliau selalu menyambut dengan senyuman hangat, dan menanyakan hal menarik apa yang terjadi di sekolah, dia selalu membuatku merasa nyaman, dan aku selalu membalas dengan hangat. semenjak kepergian ayah aku jadi begini, aku tak bisa menerima kepergian dia, aku menyalahkan ibu yang terledor hari itu hingga ayah kecelakaan, dan meninggal. Aku masih belum bisa menerima, aku lebih banyak diam dan menghindar dari ibu, hingga aku sering pulang malam, nonton musik konser underground sampai larut malam, aku trek trekan motor. Ah aku mulai jadi aku yang lain, dan saat itu ibu mulai sering menangis tiap aku pulang larut malam. Ia menyapaku bukan dengan senyuman , tapi air mata.
Aku pun bergegas ke kampus, untuk menemui teman temanku, bukan untuk kuliah, hanya numpang tanda tangan lewat teman , dan aku pergi bersama teman bermainku, untuk menantang nyawa lewat trek motor.
Seorang teman menghampiriku, dan duduk disampingku.
“hei ar” sapaku sambil menyimpan helm disampingku
“dra nte banyak berubah ya sekarang, ane nyaris ga kenal kamu sekarang” ujar dia begitu hangat, sama seperti dulu daat kita masih satu kelas di pesantren
“menurut lu gw berubah ya…..”balasku sambil menatap langit,dan mulai ada keheningan
“ya dra, kamu dulu sangat hangat dan ramah, tapi kini dingin dan tak peduli, aku tak habis pikir mengapa kamu jadi begini, aku lihat ibumu bekerja, siang dan malam berjualan di depan sekolah kita dulu, dan kamu selalu bantu tiap pulang sekolah, dan kamu selalu yang paling semangat mengerjakan tugas ini dan itu, bahkan kamu mengalahkan aku untuk prestasi akademik dan hafalan , tapi kini???”
“lantas apa urusan lu sekarang ama gw, itu gw dulu yang cupu, sekarang gw lebih keren dan ga ada yang bisa mandang sebelah mata lagi.heheh” seringai memuakan dari wajahku
“ah entahlah yang pasti aku tahu sikapmu berubahmu tak hanya padaku tapi ibu jugakan?”
“tahu dari mana lu?”tanyaku mengerinyatkan sebelah halisku, dan emosiku mulai muncul, karen dia membahas keluargaku
“tadi pagi ibu datang kerumahku, untuk meminjam uang bayar kuliahmu semester ini, tanpa sengaja aku mendengarkan ia menangis, bodoh kamu dra?
“maksud luu..?”aku dibakar rasa marah yang luar biasa, karena aku sangat tak ingin membahas ibuku, karena dia penyebab kematian ayahku, aku hampir meremas bajunya, dan menghantamkan kepalan hangat lewat tanganku yang bersarung.
“ya kamu bodoh dra…”
“Apa maksud kamu ar..gw ga suka lu bahas bahas soal ibu gw atau apa pun lah” aku yang dibakar emosi segera menghatamkan satu pukulan hangat pada dahan pohon tepat disamping arya berdiri, dan aku meninggalakn tempat itu.
“dra…kamu perlu tahu, penyebab kematian ayahmu selama ini bukan ibu mu, tapi kamuuuuuu dra”teriak arya dari kejauhan dan berlari meghampiriku , menahan pundakku
“dra terserah kamu mau percaya atau tidak, dengan apa yang saya ceritakan , yang pasti tadi pagi ibu datang kerumah ibuku, tanpa sengaja saya dengar pembicaraan mereka berdua”
Aku yang acuh dan dingin tetap pada pendirian bahwa ibu adalah penyebab kematian ayah.aku membuang mukaku saat arya menceritakan banyak hal
“dra kamu masih ingat hari saat ayahmu kecelakaan, satu hari sebelumnya kamu mengunakan motor itu kan dan stir motornya bengkok dan kendor akibat kamu menabrak gerbang sekolah,kamu lupa cerita pada ibu, sehingga motor itu berjalan tidak stabil dan ayahmu pun tak bisa mengendalikan motornya itu dra , jadi selama ini kamu salah paham , selama ini ibu menyembunyikan hal ini dari kamu supaya kamu tidak menyalahkan diri kamu sendiri,tapi nyata kamu begini dra, hati kamu dimana, saya tak habis pikir sama kamu.”
 “Dra, segera minta maaf sama ibu kamu dra, selama ini ia menutupi kecelakaan itu, agar kamu tidak shock, selama ini ia tahan rasa sakit di hatinya, karena kehilangan suaminya, sekarang ia harus kehilangan anaknya , yang nyaris ia tak mengenalimu sama  sekali”ujar arya sambil menangis..
“sadar dra, selama ini kamu kuliah dia yang susah payah untuk membiayai kuliahmu, setelah ayahmu meninggal, kamu nggak tahu kalau ibu pulang malam sebelum kamu pulang, untuk menjual makanan di terminal , kamu juga ga thu kan dra?”desak arya padaku, tumpahlah air matanya, hatiku dan mataku pun mulai meneteskan air mata
“tapi lihat kamu sekarang dra..tak tahu balas budi kamu, tak punya hati kamu, ga mikir kamu punya adik kecil, cantik, lucu pintar , liat kakaknya kaya gini…astagfirullah sadar dra….?sekarang kamu suka ngerokok , minum , istigfar dra sebelum allah negur kamu, dan lihat ibu sekarang dra”
Bak petr di siang bolong aku tersungkur, bertekuk lutu, menangis, mengingat semua buruknya sikapku pada ibuku, aku tidak tahu harus berbuat apa selain menangis, arya yang melihatku ikut menitikan air mata,
“segera hampiri ibu dra, ia masih ada di rumahku, yang lalu biar berlalu, ibu masih selalu berharap dan minta kamu agar seperti dulu lagi”
“arya selam tiga tahun ini aku telah menyaikiti dia, aku melempar muka benci, aku membanting pintu tepat dimukanya, aku menghabiskan uang dari keringat dia sendiri untuk hura hura, ah arya aku sangat menyesal…”isakku tak tahan dengan semua yang aku lakukan, segera arya menarik tanganku dan mengajakku menemui ibuku, dan aku pun segera mengambil helm ,ditempat aku duduk tadi menunggu temanku, yang mengajakku untuk kembali minum dan terk motor kembali..
Aku merasakan sakit di ulu hati perih , sepanjang aku membonceng arya menuju rumah , aku mengingat senyum ibu, senyum alia,senyum ayah, dan semua indahnya kenangan bersama, tak henti aku meneteskan air mata, terutama saat aku mebanting pintu kamar dimuka ibuku, aku sangat menyakitinya rabb..lama pula aku tak menyebut nama tuhanku, bahkan ibu selalu mengingatkan aku shalat, saat itu malah memakinya, astagfirullah , ampuni hambamu ini rabb…
Motor melaju semakin kencang diijalanan hingga aku menabrak becak, arya yang dibelakang terpelanting, dan aku menabrak atap becak hingga mengenai mataku, dan tukang becak itu pun terjatuh tak  jauh dari samping becaknya, aku merasakan sakit luar biasa, aku mendengar arya berteriak dan ada yang berteriak histeris saat itu namun sayang semua begitu gelap, dan aku pun tak sadarakan diri..


Semburat cahaya tak satu pun aku bisa melihatnya, semuanya terasa gelap kaku, dan aku merasa sakit disekujur badan, ada yang menepel di tangan dan kepalaku, aku tak bisa melihat karena ada kain yang menutupi kepalaku, ingin aku raba , tapi aku tak bisa meraskan tanganku,
“astagfirullah tangaku dimana”…teriakku histeris
“tanganku mana….bahkan aku tak bisa meilhat ..tidak tidak…”teriakku histeris…ada tangan lembut menenangkan aku.
“ibu itukah kau ibu…tangan dan mataku kemana bu..??”tanyaku panik, sedih, penuh histeris..
“nak rendra sabar dan tabah ya”balasnya sambil terdengar terisak , aku tahu itu bukan suara ibu .
“ibu dimana …bu’de ibu dimana” aku semakin histeris, dan panik
“sabar ya ndo, tenang ibu ada kok , tenang ya sayang”.  bu’de memlukku erat, aku sangat rindu ibu, ntah dimana ia sekarang , apa ia marah padaku, apa ia enggan menemui aku karea sikapku.aku bertanya tanya. Sampai seorang laki laki tua menegurku
“nak rendra , hari ini kamu bisa membuka perban di matamu, setelah 10 hari kamu tidak siuman”
Bu’de melepas pelukannya, aku hanya diam saat tangan dokter menyentuh kepalaku dan membuka perban dikepalaku, aku masih shock dengan mataku , tanganku yang tak berjari lagi.aku terdiam , dan memikirkan ibu dimana , aila dimana?kenapa aku tak mendengar suara mereka.apa mereka membenci aku hingga tak mau menengokku , ujarku dalam hati
Perlahanku buka mata , dan semburat cahaya terang menerangi dunia yang gelap dan gulita, aku melihat ada cahaya menembus mataku, perlahan aku lihat satu persatu, ada bu’de disamping, dan arya yang tertidur dikursi  dengan balutan dikepalanya, ada dokter dan suster disampingku. Selain itu tak ada lagi. Ibu kemana.bisikku lirih. Aku melihat tanganku dibalut perban dan aku telah kehilangan setengah tanganku..
“bu’de ibu dimana. Aku ingin minta maaf, atas sikapku selama ini, kemana  ia sekarang, saya sangat rindu padanya, saya ingin memeluk dia bu’de” aku mulai terisak , aku melihat bu’de pun ikut menangis
“sayang, maafkan bu’de, semega engkau tabah”
“maksudnya bu’de”
“hari itu saat kau kecelakaan, matamu terkena atap becak , sehingga menyebabkan kebutaan, tanganmu terhimpit motor, dan arya terpelanting ke depan, kepalanya membentur pohon, dan tahukah kamu sayang, bahwa becak yang kamu tabrak saat itu, adalah becak yang ibu dan adikmu tumpangi, aila terjepit dan nyawanya tak selamat, ibu saat itu pun ikut tertindih motor, tapi ibu selamat na..”bu’de semakin tak tahan menceritakannya hingga pecahlah air matanya.
“dan saat ibumu tahu kamu buta, segera ia menghubungi dokter dan mendonorkan matanya untumu nak “aku tak tahan menahan air mta, aku menangis sejadi jadinya.
“lantas dimana ibu sekarang bu’de “isakku tak tertahan
“ia dipanggil oleh allah karena tak bisa menahan rasa sakit, kemaren kita telah memakankannya”  
 aku menangis sejadi jadinya, tumpah semua kepiluanku sore itu,menyeruak semua penyesalanku. Rasa pilu, sedih, parau, membanjiriku..rasanya tubuhku kaku , mati rasa..
“ibuuuu……maafkan aku “lirihku pilu, aku pun memangis dalam pelukkan bu’de yang ku hrapa ia adalah ibuku

9 comments:

  1. ni cerita asli..? bener2 deh pengorbanan ibu..

    ReplyDelete
  2. ceritanya seru.....
    terus menulis......
    :-bd

    ReplyDelete
  3. @kang andy : bukan kok bukan cerita asli imanjinasi, tapi ada yang menginspirasi dari cerita ini..
    @kang ridwan : maksih kang

    ReplyDelete
  4. @kak miftah : makasih kak...semoga tulisan selanjutnya lebih baik lagi

    ReplyDelete
  5. meskpun bkan cerita asli, tapi cukup dan bahkan sangat mengingatkan saya untuk selalu berdoa buat kesehatan orang tua dan kebahagiaan orang tua yang masih ada hiks T_T

    ReplyDelete
  6. alhamdulillah kalau gitu kang

    ReplyDelete
  7. saya suka cerita ini....two thumbs....

    ReplyDelete

tulis komen mu disini ya