9/14/2010

Pilihan Ini Bukan Mau Mu



Pilihan ini bukan mau ku. Mungkin itu adalah kata hati mereka. Mereka yang setiap hari ku lihat tangannya menengadah langit, wajahnya memelas secuil kasih, yah begitulah lintasan hati yang selalu menguliti jiwa mereka.

Kalian mungkin sering menemukan anak kecil, namun ini bukan sembarang anak kecil, anak kecil ini yang di peras masa kecilnya untuk meminta secuil belas kasih dari orang-orang yang ia temui, anak kecil ini yang menggendong saudara kecilnya untuk turut memeras keringat bersamanya, hanya orang yang keras hatinya yang mungkin memandang mereka dengan pandangan picik atau jijik, tidakkah kau tergerak hatinya melihat mereka, mereka yang seharusnya menikmati indahnya masa kecil menikmati bangku sekolah dengan tenang, menikmati saanya bermain, menikmati hidup tanpa beban, tak seberat beban di pundaknya sekarang. Mungkin hati kita telah di telanjangin ketidak pedulian, karena terlalu banyak yang seperti mereka,Ntah mungkin kita temui disudut kota, di tepi kota, di tengah kota, bahkan sampai di pedesaan sekali pun.semakin hari semakin banyak pemandangan itu aku saksikan, yang ada adalah ringisan hati, yang ada adalah belas kasih tak bertepi,yang ada hanya sejumput peduli untuk peduli.

Tak sekali dua kali aku menemukan yang seperti mereka, bahkan berkali-kali, sampai masanya mata hatiku berkata, nak dimana ibu mu?,mengapa kau hidup sekeras ini, malam-malam begini seharusnya kau menikmati istirahatmu, mengerjakan tugas sekolahmu di rumah di temani ibumu, tapi dimana ia sekarang, kau bersama si kecil malah bekerja rodi hanya untuk sejumput kasih dari yang memberi. Yahh kata kata hanya sebatas iringan hatiku, karena aku sendiri hanya mampu menatap terpaku, dan tak berdaya apapun untuk membantumu, hanya sedikit rezeki dari tas mungiilku yang mampir di tanganmu, aku sendiri di landa kebingungan, jika aku memberi maka kau akan terdidik terus untuk terus seperti ini, tapi jika tidak memberi dari mana kau mampu memenuhi rasa laparmu, tapi aku yakin dalam sebagian rezekiku ada hak mu disana.

Dari jauh aku mengamatimu, aku tahu bahwa apa yang kau jalani bukanlah maumu, tapi pilihan yang mau tak mau harus kau ambil, yah dengan meminta dan menjual suaramu yang terdengar pilu. Aku tahu hal ini teramat sulit untukmu, tapi kau tegar menjalani ini semua, meski mungkin hatimu menjerit pilu, meski batinmu merengek pedih, aku tahu sebenarnya kau ingin seperti yang lain, berlari kesana kemari dengan penuh tawa riang seperti masa kecilku dulu, belajar dengan tenang, menjalani masa kecilmu dengan indah. Aku tahu ini pasti bukan mimpimu, tapi kau tepis mimpimu sejauh kau memeras waktumu itu. Aku sendiri tak habis pikir dengan kedua orang tuamu, kemana mereka?,

Adik kecil…aku adalah saudaramu , yang berharap kau suatu hari nanti menjadi lebih baik, aku adalah saudaramu yang peduli, tapi belum bisa berbuat banyak, aku hanya berharap kaum yang di atas akan peduli dengan kehidupanmu, aku berharap orang tuamu akan mengurusmu dengan baik,aku adalah saudaramu yang sejauh ini hanya berdoa agar kelak menjadi tangan yang diatas dan bukan yang terus menerus menjadi tangan yang di bawah. Semoga allah mengasihani dan melindungimu, menuntut dalam jalan yang Ia ridho dengan segala urusanmu.aamiin

Gambar di ambil dari: punten ga izin dulu

http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.tempo.co.id/hg/photostock/2004/12/27/

http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://kolomkita.detik.com/upload/photo/1pengamen1.gif&imgrefurl=http://kolomkita.detik.com/baca/artikel/8/895/pengamen_cilik

~saatAkuMelihatKaumeinta dibawahHujanMalam hariBersamaadikmuYangKauGendong;;;

Rahayu melankolis

12 september 2010

20.59 WIB

Kamar tengah di rumah nenek

No comments:

Post a Comment

tulis komen mu disini ya