1/27/2011

Setengah kehidupan

Sore yang buruk , tak hanya langit yang mendung diatas kepalaku, tapi juga hatiku yang sepekan ini diselimuti awan mendung, yang siap memuntahkan seluruh isinya. Langkahku serasa tak menapaki bumi, pikiranku tak lagi bersatu dengan tubuh, melayang ntah kemana. Tubuhku yang penuh luka pun tak lantas membuat aku bisa lagi merasakan sakitnya, semuanya tak lebih sakit dari luka luka yang selama ini menyiksa batinku. Ingin berlari tapi kemana? Ingin bersembunyi tapi kemana?.Parang-parang itu siap menghantam tubuhku lagi, lagi , dan lagi. Tak kenal ampun, meski aku berteriak dan menjerit. Meski aku telah memuntahkan seluruh air mataku. Tapi ia tak kenal belas kasih. Puas menyiksa tubuhku ia pun pergi, bersama botol botol alkoholnya itu.


Satu tahun sudah ia perlakukan itu sepuas hati padaku, setiap dia kalah judi, setiap ia tak dapat uang , maka aku harus bersiap menerima siksaaanya tas pelampiasan kekekcewaannya. Dia akan berteriak dari kejauhan sambil memegang botol botol kesayangannya itu, dan mencari cariku. Jika aku tak ada maka barang barang di rumah menjadi sasarannya.

Hidupku berubah semenjak ia kehilangan semuanya, istrinya yang paling ia sayangi ternyata meninggal bersama anak yang ia harapkan. Ku yang dulu merasakan manisnya sikap kakakku ini kini hanya pahit yang terasa, tak hanya karena itu, ia bersikap seperti karena depresi yang mendalam akibat kehilangan semua sahamnya karena temannya yang menusuk dari belakang.

Kini aku hanya hidup bersama nenek dan dia. nenekku tak bisa berbuat apa pun tiap dia menyiksaku, ia hanya bisa terbaring melihat dan mendengar semua.



~0O0~

Embun pagi menyentuh dedaunan lembut , bergulir setetes demi setetes. Suara suara jangkrik pun berganti dengan kokokan ayam jantan yang gagah berdiri di atas pagar kayu. Semua anak terbangun, pagi mulai menghangat dengan lalu lalangnya anak menuju masjid, namun ada juga yang masih sibuk dengan bantal dan gulingnya Ada yang setengah hidup, berjalan sempoyongan menuju masjid. Ada yang terbirit birit menuju masjid, dengan sarung yang terpasang tidak karuan. Ada yang santai berjalan dengan mantab, tapi setelah sampai masjid dengan pedenya takbir, dan saat ia melihat kebawah , sarungnya tertinggal dikamar. Kelakuan anak anak memang aneh, tak ayal tingkahnya si rusdi, yang kemesji masih pake baju tidur, dengan pulau terbentang diwajahnya, saat penagawas asrama memergokii kelakuannya ini , rusdi yang setengah hidup ini, seketika nyawanya terkumpul.

“Oalaaahhhh diiii…”umpat bapak bapak berkumis baplang berdiri di depan rusdi

“waduhhhh…’rusdi terbangun ia sadar , ancaman kecil akan terjadi, dalam hitungan detik nyawa terkumpul semua, matanya melek bak di siram air kopi.



Bersambung………………

2 comments:

  1. menunggu sambungannya, coz kok belum mudeng :D
    *

    ReplyDelete
  2. ya di tunggu saja.....nanti juga mengerti kok..heheh

    ReplyDelete

tulis komen mu disini ya