10/16/2012

GALAU

~Ummu Hurairah~

Sepertinya langit menatap kaku, saat ledakan pertengkaran itu berakhir tragis, pelarian panjang yang aku lakukan. Cacian itu bersimbah luka dalam. Aku berselimut kemarahan lari dan menangis. Jauh jauh dari rumah yang selama ini membesarku. Sejauh mungkin lari ke tempat yang bisa kusembunyi rasa takut ini sedalam dalamnya. hingga tak aku hiraukan tangisan ibu yang sudah bersimpuh terduduk agar aku meredam amarahku. tapi aku sama sekali tak peduli, yang aku pedulikan amarah itu. kecewa itulah alasan besarku lari dari rumah. Tak ada satu pun tangan yang mencegahku, kecuali takdir.
 Malam gelap aku susuri , derai tangis menemaniku malammku yang penuh keharuan, kesendirian dan sepi yang dalam. karena aku telah memutuskan untuk jadi bagian dari keluargaku lagi.
Sepanjang jalan di kursi terdepan angkot  dayeuh kolot-kiara condong tak henti aku memikirkan kejadian tadi, tak tahu aku akan berhenti melangkah dimana, yang jelas hidupku terasa hampa, tak berguna dan melayang tak tentu arah


Ya Allah aku memang bukanlah bagian utuh dari keluarga ini, tapi tidak semestinya kakakkku perlakukan aku seperti ini, menjadikan aku sumber taruhan. Aku ini memang anak pungut, selama ini menumpang pada keluarga yang baik hati dan membesarkan aku. YA Allah , sejauh mana hatiku tak pilu, ternyata aku jadi bahan olok olokan tetangga , yang selama ini aku bingungkan dan aku pertanyakan

telunjuk itu menunjuk tepat diwajahku yang merah membara
"dengar anak pungut, saya tak sudi punya adik  yang di pungut dari depan pintu rumah, kalau bukan ibu bapak yang baik , saya nggak sudi jadi kakak kamu"
duarrrrr halilintar menyambar pikiranku, membuat perkataan itu bak bom yang menghancur seluruh bayangan masa laluku yang indah, tak perduli betapa galak kakak padaku, ternyata selalu ini dia memperlakukan aku bak pembantu karena alasan ini.



*bingung cerpennya rancu heu

No comments:

Post a Comment

tulis komen mu disini ya