10/01/2012

Perjuangan Manis Anak Asuhku

~Ummu Hurairah~
Saatnya kita merasakan betapa beruntungnya kita. Melalui kisah ini kita akan belajar bersyukur dan malu.
Saat itu penulis masih diamanahkan untuk menjadi mentor di Bandung Barat 2. Tempat yang jauhhhhh sekali dari domisiliku selama kuliah jatinangor. Jarak itu ditempuh dalam waktu 5 jam lebih pulang pergi dengan kecepetan motor nyaris diatas 60 km/jam. Jarak yang jauh kadang membuat serasa nafas tertahan , karena harus menopang tubuh rapuh ini. namun mental yang besar untuk panggilan mujahidah itu serasa jadi penguat agar langkah ini tidak terhenti begitu saja. Pekerjaan mulia  saat kita berbagi dengan orang lain, kaum dhuafa, saudara muslim kita. Maka dari itu energy itu tidak habis begitu saja saat sampai disitu. Energy itu akan terisi saat berjumpa dengan anak asuh yang semangat untuk menimba ilmu dalam lingkaran kecil yang disebut mentoring.
Hari itu ada mentoring gabungan, seperti biasa . rasa suka menyeruak diruangan. Rasa suka yang mencuat dari seringai manis wajah-wajah mungil adik adik asuhku. Rasa senang yang sama saat  aku berjumpa dengan teman seperjuangan, yang mereka pun harus menempuh jarak yang tak sedikit.
Selepas materi disela-sela  jam makan, seorang anak asuh memanggilku. Dengan wajah ceria seperti biasanya dia merajuk .
“teteh aku mau cerita tapi hanya kita berdua” ujarnya dengan menampilkan wajah yang amat ceria
“baiklah apa yang ingin kamu ceritakan”
“eh teh tapi tidak disini”
“oke deh, ntar smsan aza” jawabku. Ia pun hendak pamit pergi melambaikan tangannya. Hilang perlahan dari balik pintu masjid tanpa aku tahu bahwa nanti aku akan meleleh karena ceritanya.
Aku pun pulang dalam suasana yang lebam karena kantuk yang menyerang. Masya Allah selalu begini , sedikit-sedikit berhenti karena harus membiarkan rasa kantuk itu lari dari mataku, dan rasa segar kembali memanjakan mataku dan siap untuk melanjutkan perjalanan.
Malam pun menjemput siang yang kemudian pergi berganti menjadi langit yang sendu kelabu gelap yang memanjakan tubuh untuk terlelap.
Tiba tiba pesan masuk melalui hp.
“Assalamu’alaikum…teteh aku mau cerita “
“iya silakan “
“ teteh, tadi itu akua mau cerita ini teteh, tapi aku nggak bisa takut nangis didepan yang lain”
“emang kenapa?”
“Teteh aku mengirim sms ini dalam keadaan tersenyum loh ya teh. Begini ceritanya , tadi itu teh sebelum datang mentoring gabungan aku sempat kebingungan , bagaimana aku bisa berangkat, sedang tak ada uang untuk ongkos, aku tak bisa meminta uang pada ibu yangs edang sakit, akhirnya aku mencari pekerjaan pagi hari buta, mengetok setiap rumah dan mencari tahu apa ada pekerjaan untukku”
 Ya Allah aku merasakan bulu kuduk merinding setengah mati, dan air mata pumulai berkubang.
“iya teh terus aku nggak dapat, tapi aku terus berusaha samapai akhirnya dapat pekerjaan, membungkus kerupuk dan dapat 10.000 tepat cukup buat ongkos pulang pergi”
"Masya Allah deh perjuanganmu tidak akan sia-sia, Allah sayang sekali sama kamu, makanya ujianmu pun luar biasa. Semangat kamu terus di sayang Allah. Sabar lah tempuh ujian “
“iya teteh”
Sms itu berakhir
Masih kita mengeluh dengan kekurangan kita. Mau ini itu tinggal minta ibu dan bapak kita?? Masih merengek kah kamu??? Malu kah kamu pada anak asuh yang hebat ini???
Lihatlah dan syukuri atas mudahnya kamu dalam mendapat A, B, C dan D. … dan kamu masih sedikit bersyukur. ( masya Allah………)
Semoga kepingan cerita ini bisa menggugah hati hati kita. Aamiin.

Anak asuh ini mengarjakan pada kita semangat berjuang, semangat menimba ilmu, semangat untuk tidak menjadi beban yang lain. Semangat yang tidak putus hingga saat ini.

No comments:

Post a Comment

tulis komen mu disini ya